Nayla Berliana Nugarahandhini (NIM.
201210070311171) dan Aris Widodo (NIM. 201210070311165)
Indonesia adalah salah satu dari lima negara penyandang kasus infeksi Taenia
(taeniasis dan sistiserkosis) terbesar di dunia untuk negara yang berada di
daerah tropis. Taeniasis terutama ditemukan di Papua, Bali, dan Sumatera Utara,
selain itu juga ditemukan di Nusa Tenggara Timur, Lampung, Sulawesi Utara,
Kalimantan Barat dan Jawa Timur. Besarnya kasus
infeksi Taenia ini disebabkan oleh pola makan yang salah serta minimnya
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat.
Taenia adalah nama latin dari cacing pita. Cacing pita masuk kedalam Kerajaan Animalia, Filum Platyhelminthes, Kelas Cestoda, Bangsa Cyclophyllidea, Suku Taeniidae (Anonim, 2010). Ada tiga jenis cacing pita di Indonesia yakni : Cacing pita anjing (Taenia echinoccus), yang kedua cacing pita sapi (Taenia saginata), dan yang ketiga cacing pita babi (Taenia solium). Dikatakan cacing pita karena panjang dan bentuknya menyerupai pita. Kepalanya kecil dan terdapat kait sebagai alat meletakkan dirinya pada dinding usus (Anonim, 2012). Penyakit yang disebabkan oleh infeksi Taenia ini biasanya disebut dengan Taeniasis atau Cestodes (Anonim, 2012). Dalam hal ini yang akan kita bahas adalah cacing pita sapi (Taenia saginata), cacing ini menyebabkan infeksi saluran pencernaan jika cacing telah dewasa.
Taenia saginata adalah raksasa di antara semua cacing
parasit. Cacing pita ini berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa anus dan
tanpa saluran pencernaan (Susanto, R. 2009). Panjang Taenia saginata dapat
mencapai 8 m, mendiami jejunum bagian atas dan memiliki scolex dengan empat
penghisap yang menonjol dan 1000-2000 proglotid. (Amin, R. et al. 2009)
Cacing pita sapi memiliki siklus yang rumit dan berakhir pada manusia
sebagai inang tetapnya. Cacing pita dewasa
melepaskan telur-telurnya bersama segmen badannya. Segmen ini bila mengering di
udara luar akan melepaskan telur-telur cacing yang dapat termakan oleh sapi
saat merumput. Enzim pencernaan sapi membuat telur menetas dan melepaskan zigot
yang kemudian menembus lapisan mukosa saluran pencernaan untuk memasuki
sirkulasi darah. Dari pembuluh darah, zigot akan menetap di otot membentuk
kista, seperti pada cacing cambuk. Bila daging sapi berisi kista tersebut
dimakan manusia dalam keadaaan mentah atau setengah matang, enzim-enzim
pencernaan akan memecah kista dan melepaskan larva cacing. Selanjutnya, larva
cacing yang menempel di usus kecil akan berkembang hingga mencapai 5 meter
dalam waktu tiga bulan (Amin,
R. et al. 2009).
Pada cacing jenis ini manusia adalah inang
definitif, dengan sapi sebagai hospes perantara. Penyebab seseorang terinfeksi cacing pita
sapi yaitu : (1) Tidak sengaja menelan telur cacing pita dari makanan atau
air yang sudah tercemar oleh kotoran orang atau hewan yang mengandung cacing
pita; (2) Memakan daging sapi yang belum masak benar, dan di dalamnya mengandung
sistiserkus Taenia saginata; dan (3) Tidak sengaja menelan kista larva
yang ada di dalam daging atau jaringan otot hewan yang dikonsumsi. (Martoyo, A.
2012)
Gejala- gelaja orang yang terinfeksi cacing Taenia saginata terbagi menjadi dua macam,
yaitu : (1) Infeksi usus, jika tanda-tandanya yaitu mual, lemas,
kehilangan selera makan, nyeri perut, diare, dan berat badan turun dan
penyerapan nutrisi dari makanan yang tidak memadai; dan (2) Infeksi invasif,
jika tanda-tandanya yaitu demam, benjolan atau kista, muncul reaksi alergi
terhadap larva, rentan terkena infeksi bakteri, dan adanya gejala-gejala
neurologis seperti kejang (Wanzala, W. et al. 2003).
Pengendalian cacing pita Taenia dapat dilakukan dengan
memutuskan siklus hidupnya. Pemutusan siklus hidup cacing Taenia sebagai agen penyebab penyakit dapat dilakukan melalui diagnosa
dini dan pengobatan terhadap penderita yang terinfeksi. Beberapa obat cacing
yang dapat digunakan yaitu Atabrin, Librax dan Niclosamide dan Praziquantel. Untuk mengurangi kemungkinan infeksi oleh Taenia ke
manusia maupun hewan diperlukan
peningkatan daya tahan tubuh inang. Hal
ini dapat dilakukan melalui vaksinasi pada ternak, terutama sapi di
daerah endemis taeniasis serta peningkatan kualitas dan kecukupan gizi pada
manusia. (Anonim.
2012)
Adapun pencegahan yang
dapat dilakukan agar terhindar dari cacing pita sapi ini diantaranya adalah :
(1) Memasak daging dengan baik hingga benar-benar matang; (2)
Melindungi makanan dari kontaminasi kotoran; (3) Memilah dengan benar daging
sapi yang akan dikonsumsi, yaitu dengan memeprhatikan teksturnya, warnanya, dsb;
(4) Meningkatkan sarana sanitasi; (5) Pencegahan
kontaminasi tanah dan
tinja pada makanan dan
minuman; (6) Pembangunan sarana sanitasi, misalnya kakus dan septic
tank, serta penyediaan sumber air bersih;
dan (7) Pemusatan pemotongan ternak di rumah potong hewan (RPH)
yang diawasi oleh dokter hewan.
Dalam pengobatan secara herbal, terdapat beberapa resep yang dapat
digunakan, beberapa diantaranya adalah : (1) Bahan yang digunakan yaitu lima belas gram kulit delima
kering, lima gram biji pinang kering, dan dua puluh gram kunyit. Langkah
pembuatannya : cuci bersih semua bahan, lalu ditumbuk. Kemudian bahan tersebut
direbus dengan 600 cc air (dengan api kecil) hingga tersisa 200 cc, lalu disaring.
Minum setelah dingin (Anonim. 2012); (2) Bahan yang digunakan adalah tiga puluh
butir biji labu kuning atau merah yang dikupas, 1 sendok makan biji mentimun
kering dan madu secukupnya. Langkah pembuatannya : cuci bersih semua bahan,
tumbuk hingga halus, lalu seduh dengan 150 cc air panas. Kemudian tambahkan
madu, lalu minum dalam keadaan hangat (Anonim. 2012); (3) Bahan yang digunakan yaitu 15 butir
biji wudani kering. Langkah pembuatannya : cuci bersih bahan, tumbuk halus.
Seduh dengan 200 cc air panas, lalu minum setelah dingin (sebelum dan sesudah
mengonsumsi wudani, jangan minum teh) (Anonim. 2012); (4) Daun trembuku 1/4 genggam,
mungsi arap 1 sdt teh, bawang putih 3 butir, biji labu merah 100 biji, gula
enau 3 jari. Bahan-bahan ini ditumbuk dan direbus
dengan air 2 gelas. Sesudah mendidih, disaring lalu diminum 1 x sehari sebelum
tidur (Anonim. 2012);
dan (5) Kulit Akar Delima 2 jari, kunyit 1
jari, biji mentimun kering 1 sendok teh, temulawak 1 jari, adas 1
sendok teh, buah ketepeng 1/3 genggam. Semua ditumbuk halus, diberi air masak 1 cangkir
diperas dan disaring. Minum habis sebelum tidur.
(Anonim. 2009)
Dari
kelima resep pengobatan herbal yang diberikan, penderita dipersilahkan untuk
memilih satu diantara yang ada, lalu mengkonsumsinya secara teratur.
Referensi
:
Amin, R. et al. 2009. Pork Tapeworm (Taenia Saginata Asiatica) Infection
In Rural Bangladesh.
Journal Medicine 10(2):
135-138.
W, Wanzala et al. 2003. Control of Taenia saginata by post-mortem examination of Carcasses. African Health Sciences 3(2): 68-76.
Anonim. 2009. Resep Obat Kuno Penyakit
Cacing Pita (online). www.resep-kuno.blogspot.com. Diakses 1 April
2013
Anonim. 2009. Taeniasis (online). www.penyakitdalam.wordpress.com
. Diakses 3 April 2013
Anonim. 2011. Taeniasis (online). www.ijemherbal.com.
Diakses 1 April 2013
Anonim. 2012. Cara Membasmi Cacing yang
Ada di Dalam (online). www.i-tbi.org. Diakses 1 April 2013
Anonim. 2012. Mencegah dan Mengatasi
Cacing Secara Herbal (online). www.i-tbi.org. Diakses 1 April 2013
Anonim. 2012. Ramuan Obat Herba Cacing
Pita (online). www.baitulherbal.com. Diakses 1 April 2013
Anonim. 2012. Taenia (Cacing Pita)
(online). www.id.wikipedia.org
. Diakses 3 April 2013
Martoyo, A. 2012. Infeksi Cacing Pita
(online). www.khasanahherbal.com.
Diakses 1 April 2013
0 komentar:
Posting Komentar