Minggu, 28 April 2013

INFEKSI CACING PITA SAPI, PENCEGAHAN DAN PENGOBATANNYA


Nayla Berliana Nugarahandhini (NIM. 201210070311171) dan Aris Widodo (NIM. 201210070311165)

Indonesia adalah salah satu dari lima negara penyandang kasus infeksi Taenia (taeniasis dan sistiserkosis) terbesar di dunia untuk negara yang berada di daerah tropis. Taeniasis terutama ditemukan di Papua, Bali, dan Sumatera Utara, selain itu juga ditemukan di Nusa Tenggara Timur, Lampung, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat dan Jawa Timur. Besarnya kasus infeksi Taenia ini disebabkan oleh pola makan yang salah serta minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat.

Taenia adalah nama latin dari cacing pita. Cacing pita masuk kedalam Kerajaan Animalia, Filum Platyhelminthes, Kelas Cestoda, Bangsa Cyclophyllidea, Suku Taeniidae (Anonim, 2010). Ada tiga jenis cacing pita di Indonesia yakni : Cacing pita anjing (Taenia echinoccus), yang kedua cacing pita sapi (Taenia saginata), dan yang ketiga cacing pita babi (Taenia solium). Dikatakan cacing pita karena panjang dan bentuknya menyerupai pita. Kepalanya kecil dan terdapat kait sebagai alat meletakkan dirinya pada dinding usus (Anonim, 2012). Penyakit yang disebabkan oleh infeksi Taenia ini biasanya disebut dengan Taeniasis atau Cestodes (Anonim, 2012). Dalam hal ini yang akan kita bahas adalah cacing pita sapi (Taenia saginata), cacing ini menyebabkan infeksi saluran pencernaan jika cacing telah dewasa.
Taenia saginata adalah raksasa di antara semua cacing parasit. Cacing pita ini berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa anus dan tanpa saluran pencernaan (Susanto, R. 2009). Panjang Taenia saginata dapat mencapai 8 m, mendiami jejunum bagian atas dan memiliki scolex dengan empat penghisap yang menonjol dan 1000-2000 proglotid. (Amin, R. et al. 2009)
Cacing pita sapi memiliki siklus yang rumit dan berakhir pada manusia sebagai inang tetapnya. Cacing pita dewasa melepaskan telur-telurnya bersama segmen badannya. Segmen ini bila mengering di udara luar akan melepaskan telur-telur cacing yang dapat termakan oleh sapi saat merumput. Enzim pencernaan sapi membuat telur menetas dan melepaskan zigot yang kemudian menembus lapisan mukosa saluran pencernaan untuk memasuki sirkulasi darah. Dari pembuluh darah, zigot akan menetap di otot membentuk kista, seperti pada cacing cambuk. Bila daging sapi berisi kista tersebut dimakan manusia dalam keadaaan mentah atau setengah matang, enzim-enzim pencernaan akan memecah kista dan melepaskan larva cacing. Selanjutnya, larva cacing yang menempel di usus kecil akan berkembang hingga mencapai 5 meter dalam waktu tiga bulan (Amin, R. et al. 2009).
Pada cacing jenis ini manusia adalah inang definitif, dengan sapi sebagai hospes perantara. Penyebab seseorang terinfeksi cacing pita sapi yaitu : (1)  Tidak sengaja  menelan telur cacing pita dari makanan atau air yang sudah tercemar oleh kotoran orang atau hewan yang mengandung cacing pita; (2) Memakan daging sapi yang belum masak benar, dan di dalamnya mengandung sistiserkus Taenia saginata; dan (3) Tidak sengaja menelan kista larva yang ada di dalam daging atau jaringan otot hewan yang dikonsumsi. (Martoyo, A. 2012)
Gejala- gelaja orang yang terinfeksi cacing Taenia saginata terbagi menjadi dua macam, yaitu : (1) Infeksi usus, jika tanda-tandanya yaitu mual, lemas, kehilangan selera makan, nyeri perut, diare, dan berat badan turun dan penyerapan nutrisi dari makanan yang tidak memadai; dan (2) Infeksi invasif, jika tanda-tandanya yaitu demam, benjolan atau kista, muncul reaksi alergi terhadap larva, rentan terkena infeksi bakteri, dan adanya gejala-gejala neurologis seperti kejang (Wanzala, W. et al. 2003).
Pengendalian cacing pita Taenia dapat dilakukan dengan memutuskan siklus hidupnya. Pemutusan siklus hidup cacing Taenia sebagai agen penyebab penyakit dapat dilakukan melalui diagnosa dini dan pengobatan terhadap penderita yang terinfeksi. Beberapa obat cacing yang dapat digunakan yaitu Atabrin, Librax dan Niclosamide dan Praziquantel. Untuk mengurangi kemungkinan infeksi oleh Taenia ke manusia maupun hewan diperlukan peningkatan daya tahan tubuh inang. Hal ini dapat dilakukan melalui vaksinasi pada ternak, terutama sapi di daerah endemis taeniasis serta peningkatan kualitas dan kecukupan gizi pada manusia. (Anonim. 2012)
Adapun pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari cacing pita sapi ini diantaranya adalah : (1) Memasak daging dengan baik hingga benar-benar matang; (2) Melindungi makanan dari kontaminasi kotoran; (3) Memilah dengan benar daging sapi yang akan dikonsumsi, yaitu dengan memeprhatikan teksturnya, warnanya, dsb; (4) Meningkatkan sarana sanitasi; (5) Pencegahan kontaminasi tanah dan tinja pada makanan dan minuman; (6) Pembangunan sarana sanitasi, misalnya kakus dan septic tank, serta penyediaan sumber air bersih; dan (7) Pemusatan pemotongan ternak di rumah potong hewan (RPH) yang diawasi oleh dokter hewan.
Dalam pengobatan secara herbal, terdapat beberapa resep yang dapat digunakan, beberapa diantaranya adalah : (1) Bahan yang digunakan yaitu lima belas gram kulit delima kering, lima gram biji pinang kering, dan dua puluh gram kunyit. Langkah pembuatannya : cuci bersih semua bahan, lalu ditumbuk. Kemudian bahan tersebut direbus dengan 600 cc air (dengan api kecil) hingga tersisa 200 cc, lalu disaring. Minum setelah dingin (Anonim. 2012); (2) Bahan yang digunakan adalah tiga puluh butir biji labu kuning atau merah yang dikupas, 1 sendok makan biji mentimun kering dan madu secukupnya. Langkah pembuatannya : cuci bersih semua bahan, tumbuk hingga halus, lalu seduh dengan 150 cc air panas. Kemudian tambahkan madu, lalu minum dalam keadaan hangat (Anonim. 2012); (3) Bahan yang digunakan yaitu 15 butir biji wudani kering. Langkah pembuatannya : cuci bersih bahan, tumbuk halus. Seduh dengan 200 cc air panas, lalu minum setelah dingin (sebelum dan sesudah mengonsumsi wudani, jangan minum teh) (Anonim. 2012); (4) Daun trembuku 1/4 genggam, mungsi arap 1 sdt teh, bawang putih 3 butir, biji labu merah 100 biji, gula enau 3 jari. Bahan-bahan ini ditumbuk dan direbus dengan air 2 gelas. Sesudah mendidih, disaring lalu diminum 1 x sehari sebelum tidur (Anonim. 2012); dan (5) Kulit Akar Delima 2 jari, kunyit 1 jari, biji mentimun kering 1 sendok teh, temulawak 1 jari, adas 1 sendok teh, buah ketepeng 1/3 genggam. Semua ditumbuk halus, diberi air masak 1 cangkir diperas dan disaring. Minum habis sebelum tidur. (Anonim. 2009)
Dari kelima resep pengobatan herbal yang diberikan, penderita dipersilahkan untuk memilih satu diantara yang ada, lalu mengkonsumsinya secara teratur.

Referensi :
Amin, R. et al. 2009. Pork Tapeworm (Taenia Saginata Asiatica) Infection In Rural Bangladesh. Journal Medicine 10(2): 135-138.
W, Wanzala et al. 2003. Control of Taenia saginata by post-mortem examination of Carcasses. African Health Sciences 3(2): 68-76.
Anonim. 2009. Resep Obat Kuno Penyakit Cacing Pita (online). www.resep-kuno.blogspot.com. Diakses 1 April 2013
Anonim. 2009. Taeniasis (online). www.penyakitdalam.wordpress.com . Diakses 3 April 2013
Anonim. 2011. Taeniasis (online). www.ijemherbal.com. Diakses 1 April 2013
Anonim. 2012. Cara Membasmi Cacing yang Ada di Dalam (online). www.i-tbi.org. Diakses 1 April 2013
Anonim. 2012. Mencegah dan Mengatasi Cacing Secara Herbal (online). www.i-tbi.org. Diakses 1 April 2013
Anonim. 2012. Ramuan Obat Herba Cacing Pita (online). www.baitulherbal.com. Diakses 1 April 2013
Anonim. 2012. Taenia (Cacing Pita) (online). www.id.wikipedia.org . Diakses 3 April 2013
Martoyo, A. 2012. Infeksi Cacing Pita (online). www.khasanahherbal.com. Diakses 1 April 2013


0 komentar:

Posting Komentar